Jerawat yang meradang pasti bikin kamu gregetan karena mengganggu penampilan. Belum lagi nyeri hingga kulit kemerahan yang menyulitkanmu mengaplikasikan makeup. Beberapa orang tak mau menunggu jerawat kering dan kempes akhirnya memilih jalur ekstrim: memencetnya sampai pecah.
Marshalova, memencet jerawat sekilas terdengar efektif buat mengatasi masalah. Akan tetapi, dampak yang kamu rasakan justru semakin parah. Lantas, mengapa kebiasaan tersebut harus dihindari? Berikut alasan kenapa tidak boleh memencet jerawat yang sudah Marsha Beauty kumpulkan untuk kamu.
Selain Termasuk Kebiasaan Buruk, Ini Alasan Kenapa Tidak Boleh Memencet Jerawat
Jerawat di area T-zone (dahi, hidung, sampai dagu) cenderung lebih sakit dibandingkan yang muncul di bagian tubuh lain. Hal ini disebabkan kulit wajah yang lebih sensitif. Maka dari itu memencet jerawat di area ini bakal menimbulkan efek yang lebih berbahaya dibandingkan dari yang kamu bayangkan. Antara lain infeksi jerawat, memperjelas bekas jerawat, nyeri jerawat yang menjadi, hingga bekas jerawat yang sulit hilang.
Dalam kasus yang lebih parah, menyentuh atau memencet jerawat di area T-zone bakal mempengaruhi kondisi kesehatanmu, lho! Pasalnya, area tersebut terhubung langsung dengan pembuluh darah di tengkorak kepala. Kalau infeksi jerawat terjadi, bakteri penyebab jerawat akan mudah masuk dan menginfeksi kulitmu. Selain itu, bakteri akan menyebar hingga pembuluh darah dan berisiko mengganggu fungsi otakmu.
Komplikasi pun bisa saja terjadi kalau kamu membiarkan infeksi jerawat tak segera ditangani. Sebagai contoh, kalau salah satu dari empat saraf kranial utama di bawah hidung dan mulut terinfeksi, wajah akan berpotensi lumpuh hingga menganggu fungsi motorik.
Baca Juga: Ketahui Letak Jerawat Pada Wajah dan Penyebabnya
Adakah Cara Memencet Jerawat yang Aman?
Kamu pasti tidak menduga memencet jerawat bisa berujung pada gangguan fungsi motorik, bukan? Belum terlambat untuk menghentikan kebiasaan buruk itu setelah mengetahui alasan kenapa kamu tidak boleh memencet jerawat dan mencari metode lebih aman buat mengatasi masalah tersebut.
Sebelumnya, kamu perlu mengetahui dulu pemicu munculnya jerawat. Pembentukan jerawat dimulai dari menempelnya sel-sel di sekitar folikel rambut yang membentuk penyumbatan pada pori-pori. Produksi minyak berlebih dari kelenjar sebaceous lantas akan menumpuk dan menyebabkan benjolan, salah satu di antaranya adalah jerawat. Perlahan, pembengkakan terjadi pada benjolan hingga akhirnya pecah saat penuh. Jerawat yang pecah tersebut bakal mengeluarkan nanah, bahkan kadang diikuti darah.
Sebelum jerawat ‘meletus’, kamu bisa meredamnya dengan obat penghilang jerawat yang dijual di drugstore. Di antaranya benzoil peroksida, retinoid, dan asam salisilat yang terbukti mampu melawan gangguan tersebut. Akan tetapi, kamu harus rajin memakainya dan sabar menunggu mengingat jerawat tak bakal hilang dalam waktu sehari semalam.
Baca Juga: 6 Rekomendasi Toner untuk Kulit Berjerawat Agar Kulit Kamu Tetap Terawat
Sebenarnya, akan lebih baik kalau kamu berkonsultasi dengan dokter atau ahli spesialis kulit, termasuk sebelum kamu mengaplikasikan obat-obat di atas. Disitat dari American Academy of Dermatology, dokter spesialis kulit biasanya akan memberikan opsi sejumlah metode untuk menghilangkan jerawat, termasuk di antaranya ekstraksi jerawat.
Apa itu ekstraksi jerawat? Pada prosedur ini, dokter akan menggunakan alat khusus yang sudah mereka sterilkan. Tujuannya adalah agar proses pembersihan jerawat tak menimbulkan infeksi dan dampak lain yang membahayakan. Namun, ekstraksi jerawat membutuhkan biaya yang mahal dan hanya dianjurkan kalau pengobatan-pengobatan lain tak membuahkan hasil yang diharapkan.
Itulah alasan kenapa kamu tidak boleh memencet jerawat dan rekomendasi penanganannya. Mudah-mudahan setelah membaca artikel ini, kamu tak lagi sembarangan mengatasi jerawat, ya, Marshalova. Jadi, kulit wajahmu bisa kembali glowing dan sehat.