Dalam dunia penelitian biomedis, ada dua istilah yang sering digunakan ketika menguji sesuatu yakni ‘in vitro’ dan ‘in vivo’. Apa bedanya in vitro dan in vivo? Kedua istilah ini mengacu pada metode dan pendekatan yang berbeda dalam mempelajari organisme dan proses biologis.
Uji in vitro dan in vivo juga berlaku pada produk skincare, salah satunya adalah sunscreen. Yup, ternyata, sebelum produk sunscreen itu didistribusikan secara resmi kepada masyarakat, maka dilakukan pengujian in vitro dan in in vivo. Namun, apa yang membedakan kedua metode pengujian?
Apa Bedanya In Vitro dan In Vivo?
Melindungi kulitmu dari paparan sinar matahari yang punya segudang efek buruk sangatlah. Salah satu perawatan kulit yang umum digunakan untuk melindungi kulit dari sinar UV matahari adalah produk tabir surya alias sunscreen.
Untuk menilai sejauh mana tabir surya efektif dalam melindungi kulit dari sinar UV, dilakukan pengujian menggunakan pendekatan in vitro dan in vivo. Namun, apa perbedaan antara kedua metode tersebut?
Baca juga: Rekomendasi Sunblock SPF 50 untuk Wajah yang Terbaik
1. In Vitro
‘In vitro’ berasal dari bahasa Latin yang punya arti dalam kaca. Metode in vitro melibatkan studi atau percobaan yang dilakukan di luar lingkungan organisme hidup, seperti dalam cawan petri atau tabung reaksi.
Nah, jika dilakukan untuk menguji sunscreen, maka pendekatan in vitro menggunakan model kulit buatan atau sampel kulit manusia yang diambil dari donor.
Beberapa langkah dalam pengujian in vitro SPF meliputi:
- Membuat Model Kulit
Peneliti akan menggunakan lapisan kulit buatan yang terbuat dari sel-sel kulit manusia atau hewan, atau bisa juga menggunakan potongan kulit manusia yang diambil dari donor.
- Dilakukan Pemaparan terhadap Sinar UV
Sampel kulit atau model kulit buatan ini kemudian diberi paparan sinar UV yang setara dengan paparan matahari.
- Melakukan Pengukuran Penyerapan UV
Penyerapan sinar UV oleh tabir surya dan kulit kemudian diukur secara spektrofotometri untuk menentukan sejauh mana tabir surya mampu melindungi kulit dari paparan UV.
Keuntungan pengujian in vitro sendiri adalah bisa mendapatkan kontrol yang lebih baik terhadap variabel lingkungan dan kemampuan untuk mengulangi eksperimen dengan mudah.
Namun, pengujian in vitro memiliki keterbatasan dalam mereplikasi interaksi kompleks antara kulit, sunscreen, dan lingkungan.
Baca juga: Kenapa di Wajah Ada Bintik Merah? Begini Cara Mengatasinya
2. In Vivo
In vivo berasal dari bahasa Latin yang berarti ‘dalam hidup. Metode in vivo mengharuskan peneliti untuk melakukan pengujian sunscreen pada kulit manusia secara langsung. Langkah-langkah dalam pengujian SPF dengan pendekatan in vivo meliputi:
- Memilih Peserta Uji
Peneliti akan mengumpulkan beberapa orang dengan berbagai jenis kulit dan sensitivitas terhadap sinar matahari untuk berpartisipasi dalam pengujian.
- Mulai Dilakukan Uji Paparan Matahari
Area kulit para peserta yang diuji akan diolesi sunscreen dan diberi paparan matahari dalam dosis yang terkontrol.
- Melakukan Pengukuran Eritema
Eritema, yaitu kemerahan kulit yang disebabkan oleh paparan sinar UV, diukur dan digunakan untuk menghitung SPF.
Keuntungan pengujian in vivo sendiri adalah mengukur efektivitas sunscreen dalam mengurangi risiko eritema. Namun, pendekatan ini memiliki keterbatasan dalam mengontrol variabel lingkungan dan pengaruh individu.
Sampai sini, sudah tahu perbedaan in vitro dan in vivo bukan? Pengujian SPF menggunakan kedua pendekatan ini sangat penting karena keduanya saling melengkapi.
Pengujian in vitro memberikan informasi tentang kemampuan sunscreen untuk menyerap sinar UV. Sementara pengujian in vivo memberikan informasi tentang efektivitas nyata sunscreen pada kulit manusia.
Apa bedanya in vitro dan in vivo memang terletak pada metode pengujiannya. Kombinasi hasil dari kedua pendekatan ini membantu memastikan bahwa produk sunscreen yang diuji memiliki performa bagus, baik di lingkungan laboratorium dan juga pada kulit manusia.