Makeup menjadi sebuah usaha yang sering dilakukan oleh kebanyakan perempuan untuk mempercantik penampilan. Namun, bagi perempuan yang menjalankan ibadah dalam agama Islam, ada pertanyaan yang sering muncul apakah makeup bisa membatalkan wudhu?
Bagaimana penggunaan makeup dapat mempengaruhi wudhu? Pada dasarnya, ada berbagai pandangan dan pendapat mengenai apakah menggunakan makeup bisa membatalkan wudhu atau tidak. Seperti apakah pandangan agama menanggapi hal ini?
Apakah Makeup Bisa Membatalkan Wudhu Atau Tidak
Wudhu adalah ritual untuk mensucikan diri yang dilakukan oleh umat Islam sebelum melakukan shalat, baik itu fardhu lima kali sehari maupun sunnah. Tujuan dari berwudhu sendiri adalah untuk membersihkan diri dari kotoran fisik dan spiritual.
Wudhu juga menjadi sarana untuk mempersiapkan diri beribadah dengan Allah melalui shalat. Wudhu melibatkan langkah-langkah seperti mencuci wajah, tangan, lengan, kaki, dan membersihkan mulut serta hidung.
Ibadah ini dilakukan sebagai bentuk ketaatan kepada Allah dan merupakan salah satu tindakan mensucikan diri yang penting dalam agama Islam.
Ada banyak pendapat beragam tentang makeup dan wudhu. Apakah menggunakan makeup bisa membatalkan wudhu? Inilah beberapa pendapat yang berkaitan:
1. Makeup Ringan Tidak Memengaruhi Wudhu
Banyak ulama dan ahli agama Islam berpendapat bahwa penggunaan makeup ringan, seperti lipstik atau bedak yang tidak memengaruhi kulit dan tidak membentuk lapisan yang tahan air, tidak membatalkan wudhu.
Para ulama ini berargumen bahwa makeup semacam ini tidak menghalangi air mencapai kulit saat berwudhu sehingga sah-sah saja hukumnya.
2. Makeup Tebal Bisa Mempengaruhi Wudhu
Di sisi lain, ada pandangan ulama menyatakan bahwa penggunaan makeup yang lebih tebal seperti foundation yang menutupi kulit secara menyeluruh dan tahan air (waterproof) dapat membatalkan wudhu.
Mengapa demikian, sebab makeup semacam ini dapat mencegah air mencapai kulit saat berwudhu, sehingga membatalkan proses pembersihan.
Namun, beberapa ulama juga menggarisbawahi pentingnya niat saat berwudhu. Mereka berpendapat bahwa jika seseorang niat untuk membersihkan diri dengan sungguh-sungguh sebelum berwudhu, maka makeup tidak akan membatalkan wudhu.
Tergantung pada niat yang tulus untuk menjalankan ibadah menjadi aspek penting dalam agama Islam. Jadi, batal atau tidaknya wudhu, menurut beberapa ulama juga tergantung pada niat dan tekat umatnya.
Baca juga: Rekomendasi Setting Spray yang Tahan Lama dan Bagus untuk Wajah, Intip di Sini, Yuk!
Pandangan Fiqih Mengenai Makeup dan Wudhu
Pendapat dan pandangan mengenai makeup dan wudhu dapat bervariasi berdasarkan konteks lokal, budaya, dan aliran dalam agama Islam.
Sebagian besar dari pandangan ini berasal dari ilmu fiqih, yang merupakan cabang ilmu agama Islam yang mengatur tata cara ibadah dan peraturan hukum dalam Islam.
Dalam berbagai aliran fiqih, terdapat interpretasi yang berbeda tentang bagaimana makeup mempengaruhi wudhu.
Selain itu, faktor cuaca dan kebutuhan individu juga dapat memainkan peran dalam penentuan apakah seseorang merasa perlu menggunakan makeup yang tahan air atau makeup ringan yang tidak mempengaruhi wudhu.
Baca juga: Jangan Sampai Salah, Inilah Urutan Makeup yang Benar Agar Tahan Lama
Rekomendasi untuk Menjalani Wudhu dengan Benar Saat Menggunakan Makeup
Bagi individu yang ingin menjalankan wudhu dengan benar sambil menggunakan makeup, berikut adalah beberapa rekomendasi yang dapat dipertimbangkan:
1. Pilih Produk Makeup yang Tepat
Pertama, pilihlah makeup yang ringan dan tidak tahan air jika kamu ingin memastikan bahwa wudhu yang dilakukan tetap sah.
2. Gunakan Makeup Secukupnya
Hindari penggunaan makeup berlebihan. Menggunakan sedikit makeup akan lebih memudahkan air untuk mencapai kulit saat berwudhu.
3. Pastikan Wudhu Dilakukan Dengan Benar
Terlepas dari penggunaan makeup, pastikan bahwa kamu melakukan wudhu dengan benar sesuai dengan tata cara yang diajarkan dalam agama Islam.
Pertanyaan apakah makeup bisa membatalkan wudhu adalah perdebatan yang telah berlangsung lama selama bertahun-tahun. Pendapat dan pandangan mengenai masalah ini dapat berbeda-beda, dan ini seringkali bergantung pada interpretasi individu dan aliran fiqih yang diikuti.
